ERROR DETECTION
Pengiriman data sering dilakukan dalam jaringan komputer, data yang di kirimkan pun ada yang sukses sampai ketujuan dengan data yang masih utuh dan ada juga data yang sampai ditujuan tetapi terdapat error pada data tersebut. Error data yang terjadi dalam proses pengiriman data antara satu computer dengan computer lainnya, terkadang terjadi bit error dalam sebuah frame, sehingga data yang diterima bisa berbeda dengan data yang dikirim. Untuk mengantisipasinya error yang terjadi perlu adanya suatu pengecekan / pendeteksian, terdapat teknik untuk melakukan pendeteksian ini disebut Error Detection, sehingga dari sini bisa dilakukan Error Correction.
Sejauh ini Ada 2 pendekatan apabila penerima mendeteksi kesalahan dalam data yang diterima, yaitu meminta pengirim untuk mengirim ulang karena terdapat error dalam data yang dikirim, atau menggunakan algoritma Error Detection dan Error Correction sehingga penerima bisa me-rekonstruksi data yang diterima. Beberapa teknik / metode yang sering digunakan dalam Error Detection :
- Two Dimensional Parity
- Internet Cecksum Algorithm
- CRC (Cyclic Redundancy Check)
Two Dimensional Parity
Cara Kerja dari metode ini adalah dengan menambahkan bit 1 ke dalam data untuk menyeimbangkan jumlah total dari bit 1. Ada 2 metode yang dapat digunakan dalam Two Dimensional Parity, Odd Parity dan Even Parity.
Contoh soal
Kelebihan :
- Sederhana dalam penggunaannya di sistem
- Mudah direalisasikan dalam bentuk hardware
Kekurangan :
- Kurang handal, masih banyak terjadi kesalahan
Internet Checksum Algorithm
Cara Kerja untuk metode ini dengan menjumlahkan (ones complement) semua data yang ditransmisikan dan mengirim hasil penjumlahan ke penerima. Hasil penjumlahan disebut checksum, penerima harus menjumlahkan data yang diterima juga menggunakan ones complement, yang nantinya akan dicocokkan dengan checksum. Jika hasilnya tidak sama, maka terjadi error pada data.
Kelebihan :
- Mudah diimplementasikan dalam software
- Lebih handal dibandingkan dengan Two Dimensional Parity
Kekurangan :
- Tidak bisa mendeteksi apabila ada bit yang bertukar tempat. Tetapi bisa jadi hasil penjumlahannya sama dengan checksum.
Cyclic Redudancy Check
Cara Kerja untuk metode ini yaitu CRC menggunakan prinsip modulo bilangan. Data dianggap sebagai sebuah bilangan, dan untuk menghitung checksum, sama dengan menambahkan digit untuk data dengan digit untuk checksum (berisi 0) kemudian dibagi dengan pembilang tertentu, dan sisa pembagiannya menjadi checksum untuk data tersebut.
Tergantung pemilihan bilangan pembagi, CRC dapat mendeteksi single-bit error, double bit error, error berjumlah ganjil, burst error dengan panjang maksimum r. Bilangan pembagi tersebut disebut sebagai generator (polinomial). Berikut beberapa gambar yang menjelaskan tentang CRC.
CRC Generator
CRC Checker
Polynomials
Polynomials menyatakan seluruh nilai sebagai polynomial dalam suatu model variabel X, dengan koefisien-koefisien biner. Koefisien berhubungan dengan bit-bit dalam angka biner, contoh: 1010110 bila direpresentasikan sebagai polynomial menjadi 1 . x6 + 1 . x5 + 0. X4 + 0 . X3 + 1 . X2+ 1. X1 + 0 . X0 = X6 + X4 + X2+ X1
Kelebihan CRC :
- Dapat digunakan untuk pengiriman data berkecepatan tinggi (16-32 bit)
- Memiliki sistem yang handal
- Mampu mendeteksi error dalam jumlah yang banyak (Burst Error)
Kekurangan CRC :
- Perhitungan dan analisa perancangannya cukup sulit
- Realisasi dalam bentuk rangkaian hardwarenya paling sulit dibuat dibandingkan Internet Checksum Algorithm dan Two Dimensional Parity
Contoh Soal
nice information min
BalasHapuslampu servis hp led